Opini  

Adat Istiadat Suku Dayak Kalimantan

Avatar of news.Limadetik
Adat Istiadat Suku Dayak Kalimantan
Ilustrasi

Oleh : Ednazara Rangga Luna
NPM : 220402090029
Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

________________________________

OPINI – Seperti yang kita ketahui Idonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, dan bahasa. Walaupun kaya akan keragaman Indonesia tetap berjiwa satu persatiuan. Dan keragaman menjadi landasan akan keistimewaan Nusantara. Ditengah arus globalisasi masih terdapat beberapa tradisi yang berkembang di Nusantara. Terutama Suku Dayak yang berasal dari Kalimantan dan hingga kini masih memegang erat adat istiadat serta tradisinya. Oleh karena itu kearifan lokal suku Dayak masih sangat terasa sejak leluhur mereka dan sampai saat ini.

PENDAHULUAN
Indonesia adalah bangsa yang besar dengan suku dan budaya yang terbilang sangat beragam. Fakta yang diungkap oleh Badan Pusat Statistik Indonesia terdapat kurang lebih sebanyak 1.340 suku bangsa yang bertempat di Indonesia. Suku-suku tersebut tersebar diseluruh pelosok Nusantara dan masih sangat terjaga setiap budaya dan adat istiadat dimasyarakatnya. Salah satunya di Kalimantan yang biasa disebut dengan suku Dayak, suku ini senantiasa memiliki ciri khas yang unik dalam mengembangkan adat istiadat yang berlaku didalamnya. Adat istiadat merupakan beberapa kumpulan aturan atau norma-norma yang berasal dari lingkungan sosial setempat (masyarakat). Perlakuan tersebut bersumber pada keadilan masyarakat yang mencakup atas tingkah laku manusia dalam bersikap dan berperilaku dikehidupan sehari hari. Adat Istiadat harus senantiasa dihormati dan ditaati oleh masyarakat setempat.

Dayak ialah salah satu suku di Indonesia yang tinggal di Pulau Kalimantan. Didalam Suku Dayak sendiri masih terdapat sub suku lain yang mendiami tempat tinggal mereka. Diantaranya terdapat 405 sub-sub suku yang tinggal didaerah Kalimantan. Mereka menjuluki sukunya berdasarkan masing-masing nama sungai sekitar mereka, nama pahlawan serta petunjuk alam yang mereka temui. Setiap sub-sub suku Dayak memiliki adat istiadat dan budaya yang mirip, yang diambil sesuai dengan tatanan sosial kemasyarakatan. Misalnya seperti suku Dayak senantiasa memiliki seorang pemimpin yang mereka taati dan mereka bersumpah setia terhadap pemimpin tersebut. Seorang pemimpin di Suku Dayak tidak hanya sekedar memberikan perintah atau memiliki keistimewaan lebih atas jabatannya. Seorang pemimpin suku Dayak harus senantiasa mengayomi dan mengenal masyarakatnya dengan baik.

PEMBAHASAN
Catatan Sejarah menyatakan bahwa suku Dayak di Kalimantan berasal dari migrasi Bangsa China Provinsi Yunan negara China Selatan pada tahun 3000-1500 SM (sebelum Masehi). Sebelum bertempat di Indonesia mereka sempat mengembara didaerah Tumasik yang terdapat pada Semenanjung Melayu. Terkait sejarah Suku Dayak Kalimantan namanya di abadikan sebagai nama Universitas Lambung Mangkurat di Banjarmasin.

Pakaian Adat yang digunakan penduduk Kalimantan pada masa lampau merupakan pakaian adat yang sederhana. Pakaian adat Kalimantan tersebut biasa dijuluki dengan King Baba dan King Bibinge. King Baba terbuat dari kulit kayu tanaman ampuro atau kayu kapuo. Kedua jenis kayu ini merupakan tumbuhan endemik Kalimantan yang dipilih karena mempunyai kandungan serat tinggi. Dalam proses pembuatannya, kulit kayu tersebut dipukul-pukul menggunakan palu bulat sampai lentur di dalam air.

Setelah itu, kulit tersebut kemudian dijemur dan dihias dengan lukisan etnik khas Dayak dengan pewarna alami. Kulit kayu dibentuk sampai mirip sebuah rompi tanpa lengan dan celana panjang. Serat kulit kayu tersebut dibentuk sebagai ikat kepala. Sebagai pelengkap hiasan, laki-laki suku Dayak di Kalimantan menyelipkan sehelai bulu burung enggang. Burung Enggang merupakan burung yang berasal dari Borneo dan hampir punah akan populasinya. Sentuhan terakhir dalam pakaian adat ini adalah, senjata tradisional berupa mandau dan perisai, senjata ini menjadi ciri khas ketika mereka akan berperang. Maka dari itu sebagian besar Suku Dayak menyebut pakaian adatnya dengan nama Pakaian Perang.

Suku Dayak mempunyai ciri khas watak berupa “manut menteng ureh mameh”. Mamut Menteng secara bahasa ialah gagah perkasa, Ureh yang artinya Giat, dan Mameh berarti suka Mengalah. Suku Dayak menganggap bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan sama saja dimata masyarakat. Selain itu mereka senantiasa memegang Motto kehidupan yang berasal dari warisan para leluhur berupa, “Isen Mulang” atau biasa disebut pantang menyerah. Motto ini sangat populer dikalangan Masyarakat suku Dayak dan menjadi pedoman bagi penduduknya tak terkecuali oleh pemimpin mereka.

Mayoritas suku Dayak memeluk agama Islam. Akan tetapi mereka tidak mengakui dirinya sebagai seorang suku Dayak, melainkan “Melayu” atau “Banjar”. Orang Dayak yang memeluk agama Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan Kotawaringin. Sultan Kesultanan Banjar yang terkenal bernama Lambung Mangkurat adalah seorang Dayak Manyan atau Ot Danum. Sedangkan orang Dayak yang tidak memeluk agama Islam kembali menyusuri sungai, tinggal ke pedalaman di Kalimantan. Contohnya di Kalimantan Selatan mereka tinggal disekitar wilayah Kayu Tangi, Margasari, Amuntai, Labuan Lawas, Watang Amandit, dan Watang Balangan. Ada juga yang sebagian dari mereka berada di rimba.

Budaya adat istiadat suku dayak masih terpelihara secara Turun Temurun, terlebih dalam dunia supranatural Suku Dayak. Mereka masih berpegang teguh pada kepercayaan tempat-tempat tertentu, benda-benda tertentu contohnya batu-batu, pohon-pohon besar, danau, lubuk (air sungai yang dalam) dan lain-lainnya. Dan sesuatu yang mereka percayai terdapat penguasa di dalamnya, diantaranya disebut dengan Jubata, Petara, Ala Taala, dan Penompa merupakan julukan tertinggi disebut Tuhan. Di samping itu mereka juga mempunyai penguasa lain dibawah kekuasaan Tuhan contohnya ialah Puyang Gana (penguasa tanah), Raja Juata (penguasa Air), Kama Baba (penguasa Darat), Jobata, Apet Kuyangh dan masih banyak lagi. Dalam berladang dan bercocok tanam mereka senantiasa masuk hutan keluarhutan yang jaraknya semakin jauh kepedalaman Kalimantan. Jika terdapat kesuburan tanah dan hutan-hutan lebat, maka mereka akan berkumpul dengan tujuan mempersiapkan diri untuk berladang dan bercocok tanam.

Suku Dayak dikenal mempunyai masyarakat yang kuat dengan adanya adat istiadat tersebut. Tradisi ini merupakan salah satu keragaman budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, hal itu dapat tumbuh karena suku Dayak berasal dari daerah pedalaman. Suku Dayak mempunyai sebuah acara sakral yang disebut Upacara Tiwah. Tradisi ini merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat.

Sandung merupaka tempat semacam rumah kecil khusus dibuat untuk jenazah orang yang sudah meninggal. Upacara Tiwah dianggap sangat sakral, sebelum tulang-tulang orang yang sudah meninggal tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (sandung), terdapat beberapa rangkaian acara ritual. Seperti tarian, suara gong dan hiburan lain. Setelah rangkaian selesai, tulang-tulang mayat tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).

KESIMPULAN
Tradisi-tradisi tersebut masih berlaku secara turun temurun oleh masyarakat Dayak Kalimantan. Walaupun di era gempuran arus globalisasi budaya suku Dayak Kalimantan masih tetap menjadi ritual rutin bagi masyarakat tersebut. Adat istiadat didalamnya merupakan sebuah symbol bahwa suku Dayak memiliki prinsip keterbukaan, menerima siapapun yang tinggal diwilayahnya dengan tujuan yang baik. Suku Dayak di Kalimantan memiliki bentuk kearifan lokal yang tercermin dalam pelestarian adat istiadat dan menjadi ciri khas pada suku tersebut. Hal tersebut juga menjadi bukti bahwa Indonesia Indah dengan segala keragaman budayanya. Perbedaan akan senantiasa menjadi pemersatu suku bangsa di seluruh Nusantara.