Bahaya Oversharing pada Pengguna Sosial Media

Avatar of news.Limadetik
Bahaya Oversharing pada Pengguna Sosial Media
FOTO: Ajeng Septia Risgihartika

OLEH : Ajeng Septia Risgihartika
PRODI : Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Malang

____________________________________

<strong>NEWS.LIMADETIK.COM – Pada era saat ini, penggunaan media sosial menjadi salah satu hal umum dikalangan masyarakat. Sesuatu yang berlebih tentu tidak akan baik pada diri kita sendiri, termasuk penggunaan media sosial yang berlebih. Secara tidak sadar, banyak pengguna baru sosial media yang terlalu banyak memposting mengenai identitasnya sendiri, dimana identitas tersebut sebaiknya tidak perlu diumbar ke khalayak umum. Seperti foto KTP dengan menunjukkan NIK, foto sepeda motor yang ada plat nomor polisi, dsb. Mengupload foto seperti contoh tersebut sebaiknya dihindari, karena akan disalahgunakan oleh seseorang yang tidak bertanggungjawab.

Penghasilan bulanan juga menjadi privasi seseorang. Berapapun penghasilan yang didapatkan sebaiknya tidak di publish di media massa. Karena akan ada beberapa orang yang terganggu dengan postingan yang di publish. Entah tujuannya untuk bersenang-senang saja di media sosial, namun jika kamu melakukannya maka kamu bisa dikatakan sebagai salah satu orang toxic. Selain itu, terdapat beberapa orang yang tidak menyukai postingan tersebut.

Perilaku seperti mengumbar identitas sendiri yang terlalu banyak dapat dikenal dengan sebutan oversharing. Definisi lain tentang oversharing yaitu perilaku terlalu banyak memberikan informasi detail yang tidak pantas tentang kehidupan pribadi diri sendiri ataupun orang lain. Indonesia menduduki peringkat kedua didunia dalam hal berbagi kiriman di media sosial.

Generasi Z merupakan generasi yang aktif dalam penggunaan media sosial.
Genarasi ini sangat menerima adanya media sosial. Menurut mereka, dengan adanya media sosial akan mempermudah komunimasi jarak jauh. Tetapi menurut laporan dari perusahaan software yang fokus di bidang keamanan, terdapat 84% orang menggunggah kiriman ke media sosial. Selanjutnya sebanyak 42% mengunggah beberapa informasi terkait dirinya sendiri seperti info lokasi secara publik.

Dilansir dari gridhype.id bahwa di Indonesia sendiri oversharing akan berujung kepada keviralan. Saat sudah viral, para netizen akan mencari segala bentuk informasi mengenai korban viral tersebut. Hal ini juga akan menguntungkan bagi hacker, untuk melacak dan membuat konten-konten palsu yang ada hubungannya dengan keviralan tersebut.

Para hacker tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengolah data, karena mereka sudah pintar. Lebih parahnya lagi, hacker bisa meniru identitas mereka untuk menipu target. Hal tersebut umumnya terjadi dengan tujuan untuk melakukan penipuan. Ada banyak jenis penipuan, contohnya meminta untuk dikirimkan Pengggunaan media sosial tentu harus bijak. Tidak semua harus diunggah melalui media sosial. Oversharing jika dilakukan secara berlebihan akan memicu hilangnya privasi seseorang dan dampak buruknya juga bisa memicu tindakan kriminalitas.

“Tidak salah jika kita akan mengupload beberapa kiriman melalui media sosial. Tapi juga harus hati-hati dalam mengunggahnya. Misal ingin mengupload foto sepeda motor, sebaiknya jangan pure foto sepeda motor yang di publish ke publik. Untuk nomor polisi pada sepeda motor bisa disamarkan dengan cara dicoret pada fotonya” ujar Ibu Ima.

Salah satu kasus akibat oversharing di media sosial yaitu terjadi pada seorang wanita yang bernama Sarina Abdullah. Seperti yang diketahui, bahwa Sarina Abdullah sering mengunggah data-data diri di media sosial yang dimilikinya.

Data-data diri yang dimiliki oleh Sarina Abdullah seperti nama lengkap, nomor kependudukan, tanggal lahir, alamat, hingga nomor kartu kredit berhasil diketahui oleh hacker. Hacker tersebut kemudian melakukan kejahatan terhadap Sarina Abdullah. Kejahatan tersebut berupa harta yang dimiliki oleh Sarina Abdullah dikuras oleh hacker.

Sarina Abdullah menyadari bahwa ada hacker yang mengatasnamakan dirinya sejak Sarina Abdullah mengecek transaksi yang terdapat pada rekeningnya. Sarina Abdullah mulai mencurigai ada transaksi yang keluar, sementara dirinya sendiri tidak pernah melakukan transaksi tersebut.

Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia akan bahahanya oversharing sangat memprihatinkan. Untuk itu perlu adanya edukasi mengenai bahayanya oversharing di media sosial. Kementrian Komunikasi dan informatika dikutip dari akun Instagram resmi memberikan tips agar tidak oversharing di media sosial.

Pertama, yaitu untuk user bisa memisahkan antara konten pribadi dan profesional.
Kedua, untuk semua user perlu memikirikan dengan baik dan juga bijak terkait konten yang akan diunggah tersebut.
“Perilaku ini perlu diperhatikan lebih lanjut, karena dapat menimbulkan bahaya,” dikutip dari iNews, di akun resmi Kominfo. “Hapus konten yang dianggap memberikan informasi atau citra negatif pada pencarian,” ujar Kominfo yang dikutip dari iNews (10/11).

Daftar rujukan
Akhtar, Hanif. 2020. Perilaku Oversharing di Media Sosial: Ancaman atau
Peluang?. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. 25(2): 257-270.
https://www.google.com/amp/s/www.indozone.id/amp/zosYEVX/sering-pamer-
kehidupan-pribadi-di-medsos-data-rahasia-wanita-ini-dicuri-dan-harta-
dikuras diakses pada 10 November 2021.
https://www.google.com/amp/s/www.inews.id/amp/techno/internet/terlalu-
oversharing-di-medsos-ini-bahayanya diakses pada 10 November 2021.
https://www.instagram.com/p/CMPW3CujhcB/?utm_source=ig_web_copy_link
diakses pada 10 November 2021.
Pratikto, Riyodina G. & Kristanty, Shinta. 2018. Literasi Media Digital Generasi
Z (Studi Kasus pada Remaja Social Networking Addiction di Jakarta).
Jurnal Budi Luhur. 1-28.