Bantu UMKM Naik Kelas, Dosen DKV ITS Kembangkan Kemasan Produk Camilan Olahan Kulit Ikan di Pamekasan

Avatar of news.Limadetik
Bantu UMKM Naik Kelas, Dosen DKV ITS Kembangkan Kemasan Produk Camilan Olahan Kulit Ikan di Pamekasan
FOTO: Pemilik UKM Maupause, Nur Holis (kanan) Naufan Noordyanto, ketua program Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) dan dosen di Departemen Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya (kiri).

LIMADETIK.COM, PAMEKASAN – Potensi hasil laut yang melimpah membuat masyarakat Desa Branta Pesisir, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur aktif memproduksi dan memasarkan ikan laut basah (mentah) atau kering hingga makanan dan masakan olahannya. Salah satunya olahan kulit ikan.

Kondisi ini juga dilakukan oleh salah satu Usaha Kecil Menengah (UKM) setempat, Madura Punya Selera (UKM Mapuse).

Produk populer di desa Branta Pesisir adalah camilan kulit ikan. Namun menurut pengakuan pemilik UKM Mapuse, produk ini kurang mempenetrasi pasar baru, salah satunya, karena belum memiliki kemasan yang representatif dan berdaya jual.

Nur Holis, pemilik usaha mengungkapkan, bahwa produk camilan kulit ikannya kurang mendapat pasar baru, pasarnya di circle yang tetap, cenderung pelanggan lama. “Pelanggan baru seolah kurang yakin dengan produk ini karena tampilan kemasan produk, sebab saya cenderung mengemasnya dengan label sederhana” katanya, Senin (3/10/2022).

Di sisi lain, Holis, pemilik UKM Mapuse ketika ditemui menambahkan merasa bersyukur karena Tim Abmas DKV ITS membantu pemecahan masalah desain dan usahanya.

“Pengabdian melalui pengembangan kemasan ini membantu dalam menyelesaikan masalah kami, sebagai UKM untuk naik kelas. Karena dengan desain kemasan produk yang bagus dan sesuai regulasi, UMKM bisa bersaing di pasar yang lebih modern. Sehingga diharapkan terjadi peningkatan omset yg signifikan kedepannya” harapnya.

Bantu UMKM Naik Kelas, Dosen DKV ITS Kembangkan Kemasan Produk Camilan Olahan Kulit Ikan di Pamekasan
FOTO: Desain kemasan produk camilan olahan kulit ikan merek Nurika (UKM Mapuse)

Sementara, Naufan Noordyanto, ketua program Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) dan dosen di Departemen Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, melihat bahwa produk masakan dan makanan olahan kulit ikan merek Nurika produksi UKM Mapuse berpotensi menjadi produk yang dikenal luas oleh publik, namun sayang, produk hanya dikemas dengan plastik transparan atau dengan label sederhana.

“Kemasannya ini mirip dengan kompetitor lain, sehingga menyebabkan kebingungan identifikasi identitas di pasar. Dampaknya, merek camilan kulit ikan Nurika mudah dilupakan, daerah produksi tidak menonjol, dan tidak berdaya saing, yang pada gilirannya tidak menguntungkan secara ekonomi” ungkap Naufan.

Tim Abmas DKV ITS ini berpendapat, bahwa kemasan produk Nurika cenderung tidak merefleksikan, pertama kualitas produk, yaitu tidak meningkatkan nilai jual produk, tapi justru menciptakan kesan produk murahan dan memiliki kualitas rendah, kedua harga, yaitu desain kemasan produk tampak tidak sebanding dengan harga produk yang relatif mahal.

“Dan persoalan yang ketiga personality, yakni desain kemasan tidak mengomunikasikan karakter produk dan identitas mereknya yang merupakan produk UKM tradisional unggulan dari desa pesisir serta kurang mengomunikasikan rasa dan kualitas dari produknya. Selain itu, kemasan tidak memiliki unsur persuasif sehingga cenderung tidak menumbuhkan hasrat untuk membeli dan menggugah selera” terangnya.

Kendati demikian lanjutnya, meski dikemas sederhana, produk olahan kulit ikan ini laris atau tinggi peminatnya dan dipasarkan hingga ke luar Madura (dari jejaring kenalan), meski produksinya musiman.

Menurut Naufan, produk olahan kulit ikan Nurika berpotensi menjadi produk khas Desa Branta Pesisir, atau Kabupaten Pamekasan. “Bahan baku langsung didapat dari laut tempat tinggalnya, tidak memasok dari luar daerah. Sehingga bisa kita rancang dan komunikasikan posisinya ini melalui kemasan” ucapnya.

Bantu UMKM Naik Kelas, Dosen DKV ITS Kembangkan Kemasan Produk Camilan Olahan Kulit Ikan di Pamekasan
FOTO: Desain label sebagai pengidentifikasi pengiriman paket produk

Sebelumnya, tim Abmas yang terdiri dari dosen DKV ITS, seperti Naufan Noordyanto, Sayatman, Rabendra Yudhistira Alamin, Putri Dwitasari, Nugrahardi Ramadhani, telah melakukan observasi dan wawancara intens dengan pemilik UKM mitra dan mengakomodasi kebutuhan dan permasalahan desainnya dengan mengidentifikasi produk dan pasar, termasuk mengamati kompetitornya.

Baru setelahnya tim Abmas menentukan faktor pembeda dan keunggulan produk atau Unique Selling Preposition (USP), yaitu camilan oleh-oleh khas Pamekasan, Madura, dibuat dengan kulit ikan pilihan dan bumbu alami yang gurih dan krispi, praktis dapat langsung dikonsumsi atau sebagai lauk dengan nasi dan sambal.

“Varian desain kemasan kantung yang diidentifikasi dengan varian warnanya dikembangkan dari rasa/bumbu produk yang ditawarkan. Identitas kultural Madura sebagai asal produksi produk dan narasi pesisir ditampilkan guna mengidentifikasi USP produk sebagai camilan asal Pamekasan, yang praktis dan bisa dibawa kemana pun. Tim Abmas DKV ITS juga mendesain label untuk memberi identitas pengirim dan penerima guna mengakomodasi layanan pengiriman paket produk” paparnya.

Dari USP inilah, tampilan grafis atau artistik dikembangkan melalui sketsa dan coloring, seperti tipografi merek Nurika, dan ilustrasi utama kemasannya, setelah sebelumnya telah ditentukan pemilihan rencana material kemasan, ukuran dan informasi kemasan.

“Pengembangan desain kemasan adalah bentuk kontribusi sosial kerja mendesain dan hilirisasi produk desain ITS pada masyarakat. Kami berharap produk Abmas ini dapat meningkatkan nilai jual dan penghasilan UKM mitra” tukasnya.