Opini  

Multikultural Ditengah Menjamurnya Budaya K-POP

Avatar of news.Limadetik
Multikultural Ditengah Menjamurnya Budaya K-POP
FOTO: Jami Achmadi

Oleh : Jamil Achmadi
NIM : 216406030001
Prodi: Peternakan
Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

_______________________________

PENGANTAR

OPINI – Generasi milenial pasti sudah tidak asing lagi dengan budaya korean pop (K-Pop) seperti Girls Generation, Super Junior, BTS, Black Pink ataupun Twice. K-pop menjadi musik favorit di kalangan remaja karena memiliki keunikan dan ciri khas dengan musik beat dan tariannya yang enerjik. Budaya Korea saat ini digemari oleh masyarakat dunia, khususnya Indonesia. Mulai dari lifestyle, fashion, lagu, dan drama Korea sangat disukai, khususnya oleh generasi milenial.

Tak hanya mengagumi, segala hal yang berhubungan dengan Korea juga menarik perhatian generasi milenial. Seperti halnya membeli album lagu, alat make up, pakaian, makanan khas Korea, dan lain sebagainya. Mereka juga ingin menunjukkan identitas Korea mereka melalui produk-produk yang dibeli maupun dipakai. Sebelumya, kebudayaan Korea sangatlah tertutup, namun seiring dengan perkembangan zaman kini kebudayaan Korea sudah sangat terbuka.

PENDAHULUAN

K-Pop yang merupakan bagian dari Korean Wave terdiri dari pop, dance, electropop, hip hop, rock, R & B dan electronic music. Popularitas K-Pop semakin tahun kian meningkat. Dilihat dari daftar negara yang dikunjungi oleh artis Korea Selatan (mulai dari Asia, Australia, United State of America, United Kingdom bahkan Eropa) menunjukkan bahwa “invansi” K-Pop memang sudah mendunia dan tidak hanya sebatas di negara-negara Asia saja.

Konser, fanmeeting dan sebagainya tidak akan terjadi jika tidak ada permintaan. Kemunculan K-Pop juga tak terlepas dari pesatnya perkembangan teknologi dan penyebaran informasi melalui media televisi maupun media online. Komunikasi melalui media, memiliki peran penting dalam mempengaruhi penyebarluasan budaya populer atau diseminasi informasi. Media memiliki kedudukan sangat penting karena secara langsung menyajikan suatu cara dalam memandang realitas.

Media massa berperan besar dalam membentuk makna budaya, dan media dapat dipandang sebagai teknologi pembawa budaya.  Menurut Fiske, berdasarkan riset audiens yang ia kaji bahwa, penggemar memang memiliki budaya yang berbeda. Penggemar menjadi pengadaptasi dan pengadopsi awal dari media baru, mereka membawa budaya partisipasi mereka untuk dipraktikkan secara online, di mana mereka bisa lebih terlihat dan mendapat perhatian.

PROBLEMATIKA

Problematika yang terjadi yaitu lebih sering menggunakan bahasa Korea dibandingkan bahasa nasional yaitu Indonesia yang dapat  menyebabkan pergeseran budaya lokal ke budaya Korea. Mengurangi rasa cinta terhadap musik Indonesia seperti melayu dan dangdut. Musik asli Indonesia lama kelamaan akan hilang. Dengan adanya K-Pop ini akan berpengaruh pula terhadap permusikan di Indonesia.

Budaya musik K-pop yang berkembang di Indonesia memiliki peran yang sangat besar di kalangan generasi milenial dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. K-pop membawa perubahan seperti perubahan pola pikir, tingkah laku dan juga cara berkomunikasi. Jika suka dengan K-pop seharusnya tidak berlebihan dan tidak bersikap fanatik atau berlebihan.

SOLUSI

Dengan ini disarankan untuk generasi milenial, khususnya remaja agar tidak terlalu berlebihan dalam menyukai sesuatu untuk menghindarkan diri dari sifat fanatik sehingga mengikuti segala yang dilakukan oleh idolanya  tersebut. Lebih bijaksana dalam mengalokasikan waktu untuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat. Selain itu, juga disarankan untuk lebih bijaksana dalam menggunakan teknologi. Carilah informasi yang bermanfaat  dan aktual untuk menambah wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan. Orangtua pun disarankan untuk selalu mengawasi anaknya dan mengontrol jika sudah terlalu berlebihan dalam menggemari budaya luar.

Selain kesadaran yang penting dilakukan, generasi milenial harus mampu memiliki sikap pengetahuan dengan cara terjun, terlibat dalam menjaga budaya multikultural. Sehingga nantinya mereka dapat mengubah cara pandang tentang kebudayaan asing yang tak harus selalu diikuti perkembangannya, melainkan bagaimana kita dapat meminimalisir dan tidak terpengaruh sehingga melupakan kebudayaan asli.

Merubah cara pandang tersebut tentunya diperlukan berbagai cara klarena sangat sulit untuk mengubah perilaku seseorang yang sudah terdoktrin dengan suatu nilai. Oleh sebab itu, menurut kami, mengubah cara pandang ini membutuhkan peran public relations didalamnya, yaitu berupa komunikasi persuasive.

KESIMPULAN

Dengan demikian tahapan penyadaran terhadap publik, terkhusus kalangan milenial ini sangat dibutuhkan peran aktif pemerintah juga untuk mempromosikan secara massif di tengah-tengah masyarakat, baik melalui media cetak, elektronik, media sosial  maupun berbagai konten atau event budaya yang menarik

Penulis: Jamil AchmadiEditor: Wahyu