Opini  

OPINI: Konflik Sosial Perekonomian Masyarakat Pesisir Desa Sadulang Besar, Sumenep

Avatar of news.Limadetik
OPINI: Konflik Sosial Perekonomian Masyarakat Pesisir Desa Sadulang Besar, Sumenep
OPINI: Konflik Sosial Perekonomian Masyarakat Pesisir Desa Sadulang Besar, Sumenep

Oleh : Delvi Fitrianingsih.
Mahasiswa Unikama.
Prodi PPKn

_____________________________

Absrtak
Dalam masyarakat pesisir, khususnya masyarakat Sadulang Besar, Kecamatan Sapekan, Kabupaten sumenep, Jawa Timur. Di sekitar desa sadulang besar terdapat banyak pulau berjumlah sekitar 33 pulau, yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Konflik adalah salah satu gejala sosisal yang sering kita jumpai di sekitaran daerah mayoritas nelayan.

Konflik sosial yang terjadi antara lain konflik karena penggunaan alat tangkap yang merugikan, tumpang tindih lokasi penangkapan, pengrusakan alat tangkap dan kenakalan anak remaja. Penyelesaian konflik melibatkan berbagai pihak. Jika secara musyawarah mufakat tidak bisa menyelesaikan masalah, maka akan dilanjutkan dengan mediasi oleh pihak pemerintah desa. Langkah selanjutnya yang ditempuh jika mediasi tidak berhasil maka berlanjut ke pihak berwenang seperti dinas terkait dan bahkan kepolisian.

Kata Kunci: konflik sosial, konflik perekonomian, masyarakat nelayan.

Pendahuluan
Konflik merupakan salah satu yang bersifat disosiatif yang tidak selalu berarti negatif karena jika konflik yang dihadapi dengan bijaksana dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat didalamnya. Dalam masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai nelayan, konflik adalah salah satu gejala sosial yang akan kita temukan ketika kita berbicara tentang komunitas masyarakat di pesisir.

Tidak berbeda jauh dengan masyarakat di daratan, konflik sosial dan konflik ekonomi masyarakat pesisir pun bisa dengan mudahnya kita jumpai. Masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial juga meningkat dibandingkan dengan masa sebelum dioperasikannya alat tangkap yang lebih modern. Sejalan dengan itu, perbedaan kapasitas teknologi serta modal, dan akses perikanan berpotensi menimbulkan konflik pengelola sumber daya.

Latar belakang konflik sosial ini terjadi karena kecemburuan sosial yang dipicu oleh kenyataan bahwa salah satu pihak dapat memperoleh bagian yang terbesar dan ekspoitasi sumber daya perikanan, sedangkan pihak yang lain sebaliknya. Konflik sosial yang muncul adalah manifestasi dari kesenjangan ekonomi atau kesenjangan pendapatan diantara kelompok-kelompok masyarakat nelayan.

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir untuk membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas dan terkait dengan ketergantungannya paa pemanfaatan suber daya pesisir. Mata pencaharian masyarakat pesisir biasanya memanfaatkan sumberdaya laut seperti nelayan, pembudidaya ikan dan hasil laut lainnya serta transportasi laut.

Ditinjau dari sosiologis, masyarakat pesisir ataupun masyarakat yang mayoritas yang berprofesi sebagai nelayan setidaknya mempunyai sistem yang khas dalam struktur sosialnya. Hubungan patron dan klien juga lah sering timbulnya konflik di lingkungan sosial tersebut.

Konflik nelayan
Konflik dalam masyarakat nelayan terjadi di laut karena kita ketahui bersama bahwa laut merupakan ruang publik yang setiap orang bisa memakai dan menggunakannya. Tidak ada batasan tertentu seperti didaratan bahwa tanah ini milik pribadi tertentu dan orang lain dilarang mempergunakannya dengan seizin dari orang yang punya. Konflik nelayan terjadi karena adanya ketidakserasian antar nelayan. Baik itu ketidakserasian dalam bidang area tangkapan, penggunaan alat tangkap maupun lainnya.

Satria (2006) konflik kenelayanan mengidentifikasikan berdasarkan penyebabnya yang muncul terkait pemanfaatan sumberdaya perikanan, menjadi 7 tipologi konflik antara lain sebagai berikut :

Konflik kelas, adalah konflik yang terjadi antar kelas sosial nelayan dalam memperebutkan wilayah penangkapan. Konflik kelas terjadi sebagai akibat adanya kesenjangan teknologi penangkapan ikan, konflik bisa terjadi antara nelayan tradisional dengan nelayan modern.

Konflik kepemilikan sumberdaya, adalah konflik yang terjadi sebagi akibat dari isu kepemilikian sumberdaya. Dimana kepemilikan laut serta ikan tidak dapat terdefinisi secara jelas milik siapa. Konflik bisa terjadi antara nelayan tradisional dengan pembudidaya ikan, nelayan tradisional ataupun nelayan modern, nelayan dengan pembudidaya ikan, nelayan dengan pelaku pariwisata bahari,, nelayan dengan industri pertambangan maupun nelayan dengan pemerintah.

Konflik pengelolaan sumberdaya, adalah konflik yang terjadi akibat pelanggaran aturan pengelolaan serta adanya isu-isu siapa yang berhak mengelola sumberdaya perikanan atau sumberdaya laut. Konflik bisa terjadi antara nelayan tradisional dengan sesama nelayan ataupun nelayan tradisional dengan pemerintah.

Konflik cara produksi/alat tangkap ikan, adalah konflik terjadi akibat perbedaan pengguanaan alat tangkap. Konflik bisa terjadi antara sesama nelayan tradisional maupun nelayan tradisional dengan nelayan modern yang merugikan salah satu pihak yang berkonflik.
Konflik lingkungan, adalah konflik yang terjadi akibat kerusakan lingkungan karena praktek satu pihak yang merugikan nelayan lain. Konflik bisa terjadi antara nelayan tradisional dengan nelayan pengebom (nelayan menggunakan bom dalam kegiatan penangkapan ikan), dan terjadi antara nelayan tradisional dengan nelayan pengebom.

Konflik usaha, adalah konflik yang terjadi di darat sebagai akibat mekanisme harga maupun sistem bagi hasil yang merugikan sekelompok nelayan. Konflik bisa terjadi antara nelayan tradisional dengan sesama nelayan, pengolah ikan, pedagang ikan, maupun dengan pemilik kapal.

Konflik primodial, adalah konflik yang terjadi akibat perbedaan ikatan primodial/identitas (ras, etnik, dan asal daerah). Konflik biasanya terjadi antara nelayan tradisional dengan nelayan pendatang.

Respon (1)

Komentar ditutup.