SDN Pangkalan Memilukan, Kepsek Terancam Diproses

Avatar of news.Limadetik
SDN Pangkalan Memilukan, Kepsek Terancam Diproses
FOTO: Siswa SDN Pangkalan belajar di lantai

LIMADETIK.COM, MUSIRAWAS – Minimnya bangku dan kursi di SDN Pangkalan, Desa Sukaraya Baru, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musirawas, Provinsi Sumatera Selatan, sehingga Murid kelas VI A belajar diatas lantai dengan alas seadanya diduga lemahnya pengawasan.

Menanggapi itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Kabid Dikdas) Dinas pendidikan Kabupaten Musi Rawas, Netti Herawati, diruang kerjanya, Rabu (25/1/2023) menjelaskan, pihaknya sudah turun kelapangan, bahkan sejak tahun 2021.

Dikatakan, SDN Pangkalan tersebut hanya satu lokal yang tidak ada bangku, sementara Data Pokok Pendidikan (Dapodik) sekolah tersebut semuanya bagus.

“Intinya satu, bantuan tidak bisa diberikan kalau sapras nya dia buat bagus” terangnya.

Mengenai satu kelas yang tidak ada bangku bisa diatasi dengan menggunakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), karena 30 persen dana BOS bisa digunakan untuk sarana dan prasarana (sarpras).

Hari yang sama, Kepala Bidang GTK, Marzani mengatakan, pihaknya juga segera Sidak ke sekolah. Terkait informasi Kepala Sekolah jarang ngantor, dan jika benar maka akan dilakukan pembinaan.

“Kita akan panggil Kepala Sekolah dan Operator Sekolah” terangnya.

Jika nanti benar Kepala Sekolah itu jarang masuk, maka akan diberikan sangsi kepegawaian. Dan jika tidak mampu menjadi Kepala sekolah, lebih baik mundur.

“Kalau bisa kita bina, kita bina. Tidak bisa dibina kita dibinasakan”, ujarnya dengan tegas.

Sebelumnya, Virma Doni Saputra, Wali Kelas VI A, SDN Pangkalan, menjelaskan, siswa kelas VI A belajar diatas lantai sudah berlangsung sejak tri wulan pertama hingga saat ini.

“Ya pak, sedihlah melihat siswa belajar dilantai”, katanya, Selasa (24/1/2023).

Sementara itu, Siti Ambia guru Agama mengatakan, SDN pangkalan juga kekurangan guru, sehingga saat pelajaran Agama dan Penjas (Pendidikan Jasmani), terpaksa siswa kelas 1V A dan 1V B digabung jadi satu lokal, padahal jumlah siswa disekolah tersebut cukup banyak mencapai 200 siswa.