Sistem Pengendalian Manajemen Pusat Laba dalam Perusahaan

Sistem Pengendalian Manajemen Pusat Laba dalam Perusahaan
FOTO: Ilustrasi Sitem Pengendalian (sumber: Slideplayaer)

Penulis:
Harti Novika, Erina Dwi, Iravati Maziyah
Mahasiswa Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Malang

Bicara mengenai proses analisis perusahaan, ternyata perusahaan tidak hanya melihat laporan keuangan yang ada tetapi juga hrus melakukan analisis rasio keuangan perusahaan. Hal ini merupakan salah satu cara investor untuk mengetahui prospek perusahaan di masa mendatang. Terutama terkait dengan pertumbuhan profitabilitas perusahaan.

Bicara mengenai pertumbuhan profitabilitas perusahaan, hal ini juga tidak jauh dengan laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Apalagi, jumlah laba yang dimiliki oleh perusahaan juga menjadi tolak ukur dari keefisiensian dan keefektifitasan sebuah unit kerja. Apalagi mengingat bahwa tujuan dari didirikannya perusahaan adalah untuk meraup laba sebesar-besarnya dalam jangka waktu yang singkat mau pun dalam jangka waktu panjang.

Tidak heran jika pada beberapa pusat laba, jumlah laba yang dimiliki oleh suatu perusahaan juga digunakan sebagai indikator untuk menilai prestasi kerja dari pimpinan perusahaan atau manajer perusahaan. Sebagai tambahan informasi, ppengukuran laba yang dilakukan oleh sejumlah pusat laba sendiri ternyata melibatkan sejumlah aspek pendukung, seperti seberapa banyak jumlah pendapatan dan pengeluaran dari perusahaan tersebut. Tidak hanya itu saja, biasanya pusat laba juga akan mencari tahu metode perusahaan tersebut dalam mendapatkan pendapatan. Sedangkan saat menganalisa pengeluaran perusahaan, biasanya pusat laba akan melakukan pengukuran yang sangat menyeluruh, termasuk penghitungan pajak penghasilan.

Pusat laba atau yang juga dikenal dengan istilah profit center merupakan pusat pertanggungjawaban yang berwenang untuk mengendalikan biaya-biaya perusahaan dan menghasilkan pendapatan. Namun, pusat laba tidak memiliki wewenang dalam mengambil
keputusan terkait investasi perusahaan tersebut. Singkatnya, pusat laba hanya berperan sebatas tingkat laba yang harus dicapai oleh perusahaan tersebut.

Jika perusahaan ingin membuat pusat laba, maka perusahaan tersebut harus menentukan titik ternedah dalam organisasi perusahaan yang harus memenuhi dua syarat, seperti:

1. Manajer perusahaan harus memiliki akses dalam mendapatkan informasi terkait yang dibutuhkan dalam membuat keputusan trade-off.
2. Perusahaan harus memiliki cara untuk mengukur keefektivitasan suatu trade-off yang telah dibuat oleh manajer.
3. Kendati demikian, ternyata pembentukan pusat laba juga memberikan manfaat yang beragam bagi perusahaan, seperti:
4. Pembuatan keputusan operasional yang lebih cepat.
5. Keputusan yang dibuat memiliki kualitas yang lebih baik karena dibuat oleh orang yang sudah ahli.
6. Membebaskan manajemen kantor pusat dari urusan yang bersifat operasional.
7. Meningkatkan profit consciousness pada manajer pusat laba
8. Pengukuran prestasi yang lebih luas.
9. Memudahkan kantor pusat untuk mendapatkan informasi terkait profitabilitas dan elemen tentang produk-produk yang dimiliki perusahaan.
10. Digunakan sebagai pusat atau sarana pelatihan yang mumpuni.
11. Meningkatkan persaingan antara unit kerja atau divisi dalam perusahaan. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pula sebelum memutuskan pembentukan pusat laba.

Hal ini dikarenakan terdapat sejumlah kekurangan terkait dengan pembentukan pusat laba, antara lain:
1. Manajer pusat kehilangan kendali terkait keputusan yang telah dibuat.
2. Manajer pusat laba biasanya hanay memperhatikan laba dalam jangka pendek.
3. Terdapat persaingan antara organisasi di dalam perusahaan.
4. Meningkatkan perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan.
5. Tidak ada jaminan terkait peningkatan laba perusahaan secara optimal.
6. Adanya tambahan biaya terkait kegiatan yang dilakukan oleh setiap divisi di dalam perusahaan.
7. Kompetensi seorang general manager bukan hal yang penting lagi.

Tidak heran jika sejumlah perusahaan tidak membentuk pusat laba terkait dengan hal-hal seperti di atas. Selain mempertimbangkan adanya kelebihan dan kekurangan dari suatu pusat laba, suatu perusahaan juga harus mengetahui bentuk pusat laba yang tepat. Adapun bentuk-bentuk pusat laba, antara lain:

1. Unit Bisnis
Bentuk pusat laba yang demikian memberikan tanggungjawab kepada manajernya untuk membuat kebijakan terhadap proses products development, proses produksi hingga proses perolehan produk. Bentuk pusat laba unit bisnis juga mempengaruhi jumlah pendapatan dan biaya terkait laba bersih.

2. Unit Fungsional
Berbeda dari unit bisnis, jenis pusat laba unit fungsional biasanya melibatkan peran dari setiap unit yang mampu menghasilkan laba secara mandiri. Kendati demikian, pusat laba unit fungsional juga bisa dilakukan oleh sejumla divisi yang terorganisir.
Misalnya saja unit fungsional yang terdiri dari divisi pemasaran, produksi hingga jasa.

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, pusat laba memiliki cara tersendiri dalam mengukur laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Adapun beberapa jenis pengukuran yang dilakukan oleh pusat laba, antara lain:
1. Margin Kontribusi – Penghitungan selisih pendapatan dengan biaya variabel.
2. Laba Langsung – Penghitungan dari margin kontribusi dikurangi dengan biaya tetap yang ada pada pusat laba.
3. Laba yang Dapat Dikendalikan – Penghitungan dari laba langsung dikurangi beban biaya korporat.
4. Laba Sebelum Pajak – Penghitungan dari Laba yang dapat dikendalikan dikurangi dengan beban-beban korporat yang ada.
5. Laba Bersih – Laba yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi dengan kewajiban-kewajiban pajak.

Pembentukan pusat laba atau profit centers sneidir juga menjadi salah satu cara bagi perusahaan untuk mengembangkan kebijakan organisasi secara tidak terpusat atau desentralisasi. Apalagi langkah ini juga memudahkan manajer unit untuk mengambil keputusan yang tepat dalam waktu singkat sehingga lebih efisien dan efektif. Kendati demikian, adanya pembentukan dari pusat laba juga harus dievaluasi secara rutin agar memberikan profit atau laba yang optimal kepada perusahaan. Adapun dua cara yang bisadilakukan oleh perusahaan untuk menilai kinerja dari pusat laba, yakni dengan melakukan absortion costing dan juga variable costing. Selain itu, pengukuran terhadap pusat laba juga akan menginisiasi para manajer untuk mendapatkan goal congruence.