Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan, Maksimalkan Ibadah

Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan, Maksimalkan Ibadah
FOTO: Subliyanto (Penulis dan pemerhati pendidikan)

Oleh : Subliyanto

Tanpa terasa bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh dengan keberkahan dan penuh pengampunan serta dilipatgandakannya pahala setiap amal kebaikan, hampir memasuki sepuluh hari terakhir. Tentu sebagai insan beriman, sangat disayangkan jika bulan Ramadhan berlalu begitu saja. Ia tidak ingin puasanya hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda :

“Betapa banyak orang yang berpuasa bagian yang ia dapatkan (hanyalah) lapar dan dahaga”. (HR. Ahmad II/373 No. 8843).

Sebagai insan beriman, ia akan memburu keberkahan, pengampunan, serta pahala sebanyak-banyaknya dengan melaksanakan amalan-amalan yang sudah dianjurkan. Mulai dari memperbanyak membaca al-Quran, shalat lail, memperbanyak sedekah, serta amalan-amalan lainnya yang sudah termaktub dalam sunnah Nabawiyah. Terlebih pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah adanya malam lailatul qadr. Yaitu suatu malam yang penuh dengan keberkahan, malam diturunkannya al-Quran, malam yang kemuliaannya lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana telah termaktub dalam firman-Nya :

“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan taukah kamu apakah malam kemuliaan itu ?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat, terutama malaikat jibril dengan izin Rabnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS. al-Qadr : 1-5)

Secara detail waktu turunnya malam lailatul qadr para ulama’ berbeda pandangan. Namun secara umum Rasulullah SAW. menganjurkan untuk mencarinya pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Dan Rasulullah SAW. senantiasa beri’tikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.

“Dari Aisyah RA. ia berkata : Adalah Rasulullah SAW. beri’tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari Ramadhan, dan beliau bersabda, ” Carilah lailatul qadr pada sepuluh malam yang terakhir dari Ramadhan”. (Shahih : Mukhtashar Bukhari No.987, Fathul Bari IV : 259 No. 2020, Tirmidzi II : 144 No. 789).

I’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW. juga sangat menganjurkan dan amat menekankan shalat malam di malam lailatul qadr. Hal tersebut sebagaimana dalam sabdanya :

“Dari Abu Hurairah RA., dari Nabi SAW. Beliau bersabda : Barangsiapa yang shalat malam di malam lailatul qadr karena iman dan mengharapkan pahala di sisi Tuhannya, niscaya diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu”. (Muttafaqun ‘alaih : Fathul Bari IV : 255 No. 2014, Muslim I : 523 No. 760, ‘Aunul Ma’bud IV : 146 No. 1359, Nasa’i IV : 157).

Maka memaksimalkan sepuluh hari terakhir Ramadhan kali ini dengan mengerjakan amalan-amalan yang sangat dianjurkan merupakan bagian dari langkah kongkrit dalam mengoptimalkan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Dengan harapan semoga dengan demikian gelar muttaqin layak kita dapatkan.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. al-Baqarah : 183).

Cukup berat sudah pasti, apalagi menjelang lebaran yang secara fakta sosial tidak bisa dinafikan bahwa tidak sedikit dari manusia yang disibukkan dengan kegiatan belanja menjelang lebaran, sehingga pusat-pusat perbelanjaan menjadi serbuan. Namun berupaya dengan maksimal dalam optimalisasi ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah sebuah prestasi tersendiri. Maka terus berlomba-lombalah dalam kebaikan guna meraih “minal faizin”.

Semoga catatan singkat ini bermanfaat dan dapat menambah motivasi bagi kita dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini. Amin.


Penulis adalah pemerhati sosial dan pendidikan asal Kadur Pamekasan